Unduh Buku Pedoman PPK Pada PAUD I PDF
InformasiGuru.com -
Posting Komentar
Buku Pedoman PPK Pada PAUD ini merupakan rujukan bagi satuan PAUD dan seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan PPK.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dilaksanakan dengan mengajak orang tua dan masyarakat bekerja bersama untuk mendukung anak-anak kita menghadapi masa depan yang semakin menantang. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter mendorong seluruh satuan pendidikan untuk mengembangkan jejaring tripusat pendidikan dengan membumikan Pancasila melalui pembiasaan nilai-nilai utama PPK yaitu religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas sesuai dengan visi-misi, kearifan lokal dan kreativitas satuan PAUD masing-masing.
Ringkasan Buku Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Buku ini merupakan rujukan bagi satuan PAUD dan seluruh pemangku kepentingan dalam mengimplementasikan PPK. Pendidikan karakter di satuan pendidikan, termasuk satuan PAUD, bukanlah hal yang baru. Semua satuan pendidikan telah melaksanakannya sampai tingkat tertentu. Namun terdapat sejumlah faktor yang menuntut adanya penguatan pendidikan karakter. Berikut adalah beberapa faktor yang melatarbelakangi gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK).Keterampilan Abad 21
Tuntutan dunia abad ke-21 berbeda secara signifikan dengan abad sebelumnya.
Perubahan yang terjadi antara lain berkenaan dengan berlangsungnya revolusi
digital yang mengubah kehidupan manusia. Pola komunikasi menjadi berubah
karena pola pergerakan manusia yang semakin tinggi, serta teknologi, informasi,
dan komunikasi yang semakin berkembang. Perubahan dunia yang cepat
juga mengakibatkan dunia tampak berlari tunggang-langgang, ruang tampak
menyempit, waktu terasa ringkas, dan keusangan segala sesuatu cepat terjadi.
Informasi yang semakin banyak dan beragam menyebabkan tumbuhnya
masyarakat padat pengetahuan (knowledge society), masyarakat informasi
(information society), dan masyarakat jaringan (network society). Kondisi ini
menjadikan pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi hal yang penting.
Perubahan-perubahan di atas memunculkan tatanan, ukuran dan kebutuhan
baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi dan dipenuhi
oleh dunia pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini.
Berkaitan dengan keterampilan abad 21, Ki Hadjar Dewantara (1962), Bapak Pendidikan Indonesia menyatakan bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita” (Buku 1). Selanjutnya beliau juga menyampaikan bahwa pendidikan harus memperkuat empat dimensi pengolahan karakter, yaitu olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Keempat dimensi ini merupakan bagian penting yang saling berkaitan dalam setiap proses pembelajaran.
Kesadaran bahwa pembentukan karakter anak tidak bisa dilakukan sendiri oleh satuan pendidikan, mendorong gerakan penguatan kemitraan trisentra pendidikan (satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat) yang dimulai sejak tahun 2015. Ini juga menjadi bagian integral Nawacita yang melahirkan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang disampaikan oleh Presiden Jokowi pada tahun 2014. Gerakan ini selanjutnya semakin diperkuat dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini diatur bahwa PPK dilakukan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Relevansi PPK pada PAUD
Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Pasal 1).
Bentuk satuan PAUD melalui jalur pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak (TK), jalur nonformal adalah Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS), dan jalur pendidikan informal dilakukan di keluarga dan lingkungan (masyarakat).
PAUD memberikan dasar untuk semua aspek perkembangan individu yaitu agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni (Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar PAUD). Sedangkan dalam struktur kurikulum PAUD, upaya pencapaian standar tersebut digambarkan dalam bentuk kompetensi inti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD 2013). Dalam proses pembelajaran hampir semua materi kompetensi dasar dilaksanakan dengan mengintegrasikan ke enam aspek perkembangan. Keterpaduan dalam proses pembelajaran (melalui bermain) pada hampir semua materi itu mengarah pada pembentukan karakter anak.
Karakter juga bisa dipandang dari beberapa sisi. Thomas Lickona (1991) melihat ada tiga aspek penting yang saling berhubungan, yaitu pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral behavior). Peristiwa seorang anak membuang sampah pada tempatnya merupakan contoh aspek pengetahuan yang muncul pada pikiran bahwa ia harus menjaga kebersihan lingkungan (moral knowing). Ketika anak melakukan proses ini, anak mengalami perasaan bahagia (moral feeling), dan saat tindakan berlangsung berarti terjadi proses perilaku moral (moral behavior).
Pentingnya pendidikan karakter, juga diakui secara global melalui lima pilar yang dipromosikan oleh UNESCO. Kelima pilar itu adalah belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan (learning to do), belajar untuk hidup bersama (learning to live together), belajar untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk mengubah diri dan memperbaiki tatanan masyarakat (learning to transform for oneself and society).
Pendidikan karakter di keluarga
Di keluarga, setiap orang tua hampir dipastikan sangat mendambakan anak yang mandiri, disiplin, dan berperilaku baik lainnya. Namun sangat mudah sekali ditemui orang tua yang tidak menunjukkan perilaku yang mampu memberi contoh tentang nilai-nilai itu. Sebagai contoh, banyak orang tua yang mengantarkan anaknya ke satuan PAUD dengan naik motor tanpa mengenakan helm. Selain itu, banyak dari mereka tanpa sadar menjauhkan anak dari sifat mandiri dengan membawakan tas anak mereka, selalu menyuapi makan, dan menuruti yang diinginkan anak. Selain kontradiksi itu, banyak anak usia dini yang tidak terlepas dari masalah yang dihadapi keluarga saat ini yang sedikit banyak dipengaruhi oleh perubahan- perubahan global dalam semua sendi kehidupan. Penggunaan teknologi informasi yang semakin canggih membuat anak-anak sejak usia dini terpapar banyak hal dari berbagai media. Hal ini berpengaruh pada diri anak, misalnya anak memperoleh informasi yang terkadang kurang sesuai dengan kebutuhan dan usia perkembangannya, anak menjadi kurang fokus, kurang sabar, dan kurang melatih motoriknya.
Pola komunikasi dalam keluarga pun berubah akibat kesibukan orang tua yang tinggi. Anak menjadi kurang memiliki kelekatan (attachment) dan kurang merasakan sentuhan. Dampak modernisasi sangat terasa di keluarga, misalnya orang tua semakin tidak memiliki waktu yang memadai untuk menemani bermain, membacakan cerita sebelum tidur, serta membimbing dalam kegiatan seharihari seperti sikat gigi, membersihkan diri, dan makan. Selain itu, orang tua kerap kurang sabar dalam menghadapi berbagai perilaku anak dan bahkan sebagian melakukan kekerasan pada mereka.
Pendidikan Karakter di Satuan PAUD
Kurikulum 2013 PAUD menuntut guru (di satuan PAUD formal) dan pendidik (di satuan pendidikan non formal) untuk mampu mengintegrasikan penanaman dan penumbuhkembangan karakter dalam beragam kegiatan sesuai dengan tema dan sub tema yang mereka tetapkan. Namun, sumber daya manusia yang dimiliki PAUD yang sebagian besar diselenggarakan oleh lembaga di masyarakat, sangat beragam dengan dominasi guru/pendidik berkompetensi rendah.
Keterbatasan sumber belajar baik untuk guru dan pendidik, orang tua, dan anak juga merupakan faktor yang menyumbang pendidikan karakter yang kurang optimal. Selain itu, kemauan orang tua yang tidak sejalan dengan prinsip-prinsip pembelajaran untuk anak usia dini sering kali dituruti oleh guru atau pendidik karena ketidakmampuan mereka untuk merespons secara tepat.
Pendidikan Karakter di Masyarakat
Saat ini nilai-nilai dalam masyarakat yang berubah dan semakin terbuka menyebabkan perubahan dalam diri anak. Secara tidak disadari anak terpapar oleh berbagai informasi yang belum tentu baik, benar, dan bermanfaat bagi perkembangan mereka.
Kekerasan, ucapan kasar, dan perundungan (bullying) yang ditonton di TV, dilihat, atau juga dialami langsung baik di dalam dan luar rumah, termasuk di satuan PAUD, dapat memberi pesan negatif pada anak. Dengan mudah mereka meniru dan mengikuti perilaku itu. Ini tidak akan terjadi jika orang tua dan guru/pendidik menerapkan pola pengasuhan yang melatih anak untuk mulai mengenal benar dan salah, serta memberi teladan dan membiasakan perilaku baik.
PPK yang melibatkan kemitraan trisentra pendidikan menjadi pilihan yang tidak bisa tidak harus dilakukan mengingat besarnya biaya sosial yang akan hilang jika itu tidak dilakukan. Seperti yang ditemukan oleh James Heckman (2012) bahwa menanamkan investasi pada PAUD yang berkualitas akan berkontribusi pada kesejahteraan yang jauh lebih besar dibanding investasi pada jenjang pendidikan lainnya.
Tujuan PPK
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 87 tahun 2017 memiliki tujuan sebagai berikut:
1. membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan;
2. mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan
3. merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
Nilai-Nilai Utama Karakter
Gerakan PPK menempatkan nilai karakter pada pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan (guru/pendidik, tenaga kependidikan, keluarga/orang tua, dan masyarakat).
Terdapat lima nilai utama karakter yang ditekankan pada gerakan ini (Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018). Masing-masing dari kelima nilai utama karakter bangsa beserta banyak subnilainya tidaklah berdiri sendiri tapi saling berkaitan. Berikut ini beberapa subnilai dari kelima nilai utama itu yang merujuk di antaranya dari Kompetensi Dasar yang ada pada Permendikbud Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, serta penerapan dalam Pedoman Penanaman Sikap Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2018 adalah sebagai berikut.
1. Religiositas
Nilai religiositas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, serta hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Subnilai religiositas pada anak usia dini antara lain, beriman dan bertaqwa, cinta damai, toleran, menghargai perbedaan, teguh pendirian, percaya diri, mau bekerja sama, kasih sayang, bersahabat, tulus, menghargai pendapat orang lain, mencintai lingkungan, hidup bersih, sehat, dan melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalisme
Nilai nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, serta menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
Subnilai nasionalisme pada anak usia dini antara lain, cinta tanah air, mengikuti aturan, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan agama menghargai diri sendiri (contoh: merawat diri agar sehat dan kuat), menghargai orang lain (termasuk kepada mereka yang berbeda), peduli lingkungan, bangga pada budaya bangsa sendiri (termasuk bahasa, pakaian, dan tata krama), rela berkorban (contoh: bersedia meminjamkan mainan kepada teman), unggul, dan berprestasi.
3. Kemandirian
Nilai kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain serta mempergunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
Subnilai kemandirian pada anak usia dini antara lain, tekun bekerja, sikap tangguh dan daya juang, mengikuti aturan, mengembangkan rasa ingin tahu, kreativitas, dan keberanian.
4. Gotong Royong
Nilai gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu-membahu untuk menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Subnilai gotong royong pada anak usia dini antara lain, memiliki sikap peduli, menghargai karya diri dan orang lain, menghargai kesepakatan bersama, bekerja sama, membiasakan musyawarah, mufakat, dan diskusi, tolong-menolong, mengembangkan sikap solidaritas, berempati, anti diskriminasi, anti kekerasan, kesetiakawanan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang berlandaskan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan serta memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Subnilai integritas pada anak usia dini antara lain, tanggung jawab sebagai warga negara, antikorupsi, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, komitmen moral melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran, kesabaran dan keteraturan (seperti antre), kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, memenuhi janji, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai teman, termasuk mereka yang berbeda (misalnya yang memiliki disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang baru, berdiri, dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan nilai yang sudah ada sebelumnya dan berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi.
Dari nilai utama mana pun pendidikan karakter dimulai, individu dan satuan PAUD perlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya, baik secara kontekstual maupun universal. Nilai religiositas sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok, masyarakat, maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa, nilai-nilai religiositas tersebut melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula, jika nilai utama nasionalisme dipakai sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.
Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK
PPK dikembangkan dan dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. berorientasi pada berkembangnya potensi peserta didik secara menyeluruh dan terpadu;
2. keteladanan dalam penerapan pendidikan karakter pada masing-masing lingkungan pendidikan; dan
3. berlangsung melalui pembiasaan dan sepanjang waktu dalam kehidupan sehari-hari.
Posting Komentar untuk "Unduh Buku Pedoman PPK Pada PAUD I PDF"
Masukan dari Anda Terhadap Tulisan Kami Akan Sangat Kami Apresiasi. Terima Kasih dan Selamat Berpartisipasi!